Pembuat Dolanan
Tradisional : Harjo, sedang beristirahat sejenak setelah membuat mainan tradisional di
dalam rumahnya.
|
Kedua tangan keriputnya masih cekatan menggunting sebuah kertas. Tak lama kemudian, guntingannya tadi menjadi bentuk tokoh wayang. Hebatnya, nenek renta ini membuat wayang kertas tanpa menggambar polanya terlebih dahulu.
Selain wayang kertas, dia juga mampu membuat aneka
mainan lain seperti othok-othok, kitiran (baling-baling),
kurungan burung, dan klonthong-klonthong.
Ya, Mbah Harjo merupakan satu dari segelintir pembuat dolanan tradisional di Dusun Pandes, Sewon, Bantul yang masih aktif dan bertahan.
"Mbah buat mainan itu sudah lama, sejak masih muda. Awalnya lihat orang buat mainan, terus saya belajar dan mempraktekkan, langsung bisa," jelas Harjo, saat ditemui di rumahnya Senin, (10/5/2012).
Berbagai dolanan anak tradisional hasil karya nenek berusia 84 tahun ini tertata rapi di rumahnya. Dia mengaku menjual semua mainannya dengan harga Rp 1.000,- saja. Hampir setiap hari Harjo menjajakan aneka dolanan tradisionalnya ke Pasar Gamping, Sleman yang jaraknya sekitar 10 km dari tempat tinggalnya.
"Saya biasanya berangkat ke pasar jam 5 pagi dengan jalan kaki," ujarnya.
Ia menambahkan, membuat mainan adalah semata-mata
untuk membuat anak-anak kecil bahagia dengan mainannya. Tekad Mbah Harjo dalam
melestarikan dolanan anak juga dibuktikan dengan mengajari anak-anak usia dini sekolah
Among Siwi membuat aneka
mainan di pojok budaya, yakni suatu komunitas pelestarian dolanan anak.
"Saya sudah tua dan sering banyak lupanya, tapi kalau buat mainan saya masih bisa," tambahnya.
Dengan usianya yang lanjut dan pikun, seolah ketrampilan membuat mainan anak tradisional ini sudah melekat dan mendarah daging. (Daru Cahya W)
0 komentar:
Posting Komentar