PAMERAN FOTO: Pengunjung mengamati sejumlah foto orang hutan dalam pameran yang digelar Centre for Orangutan Protection di Solo Grand Mall (SGM), Solo, Sabtu (12/5/2012).(14/5).

CETAK MURI: Lukisan kaligrafi berbahan dasar pelepah pisang sepanjang 720 meter karya 700 murid-murid SMK 2 Semarang, berhasil cetak rekor baru di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Sabtu (12/5) pagi.

Warga Babakan Padik, Desa Sukanegara, Kecamatan Muncang, Kabupaten. Lebak, Banten, Senin (14/5), menyebrang jembatan Sungai Cilaki yang sudah rusak dan lapuk.

Senin, 14 Mei 2012

Mempertahankan Nilai dengan Dolanan

Ketua Komunitas Pojok Budaya Wahyudi Anggoro
Bantul - Wahyudi Anggoro sadar betul akan potensi yang dimiliki oleh desa tempat tinggalnya. Untuk itu bersama komunitas Pojok Budaya yang didirikan bersama rekan-rekannya, ia berusaha mengembangkan potensi yang telah dimiliki Kampung Pandes, Panggungharjo, Bantul yang telah menyandang predikat sebagai “Kampung Dolanan”.
Kampung Pandes adalah kampung yang dikenal banyak orang lantaran konsistensi warganya melestarikan dan selalu menjaga mainan tradisional, yang yang berwujud bendawi atau permainan dengan olah tubuh. Kampung ini dianggap unik lantaran pada masa sekarang ini sangat sulit dijumpai kampung semacam ini. Meski harus dengan usaha keras dan ketekunan, nyatanya eksistensi Kampung Dolanan tetap menjadi prioritas Wahyudi Anggoro. “Kalau sekarang orang mengenal kampung ini, kemudian ingin mengunjunginya, itu bukan tanpa perjuangan sebelumnya. Kami berusaha mempromosikan kampung ini lewat berbagai cara termasuk media massa,” terangnya, saat ditemui Senin (14/05/2012).
Melalui berbagai kegiatan dan program kerja yang dijalankan bersama komunitas Pojok Budaya, ia ingin memberitahukan pada semua orang bahwa setiap permainan tradisional nyatanya memiliki filosofi, makna, dan nilai-nilai di dalamnya, yang baik untuk ditularkan kepada khalayak. “Permainan ini mungkin akan punah puluhan tahun lagi, namun apabila kita telah menularkan dan menanankan nilai-nilai dari permainan itu pada orang banyak, inilah sebenarnya cara kita untuk tetap mengabadikan permainan tradisional”, terang pria 42 tahun ini.

Saat ditanya mengapa ia begitu tertarik dengan permainan tradisional, maka dengan tegas ia menjawab karena permainan terdisional bisa memberikan suatu pengajaran tanpa perlu yang bersangkutan merasa diajari. “Dalam permainan tradisional itu ada 3 aspek penting yang tak terpisahkan dan harus ada, yakni wiraga (gerak tubuh), wirama (irama dari nyanyian pemainnya) dan wirasa (persaan senang sert gembira), kesatuan itulah yang membuat permainan tradisional bukan sekedar dolanan pelepas penat,” lanjutnya.

Bentuk lain dari usaha pelestariannya adalah ia membuat sebuah redesign dari permainan-permainan tradisional tersebut.Kalau dibuat kitiran atau kurungan manuk biasa, mainan ini hanya dihargai Rp 1000 maka dengan dibuat muniaturnya, kemudian kita jual sebagai souvenir, maka harganya bisa menjadi Rp 7.000,” lanjutnya. (Paramita Puspitasari)

Jelang Lebaran, Jalan Raya di Klaten Diperbaiki

Cepat-para pekerja bekerja cepat agar proyek selesai tepat waktu (14/05/2012)
Media Nusantara, Klaten- Melewati jalan Solo-Jogja km 25, tepatnya di kawasan Besole, Ceper, kabupaten Klaten, agaknya para pengguna jalan harus berhati-hati lantaran sedang dilakukan perbaikan jalan. Perbaikan ini cukup membuat kemacetan panjang lantaran padatnya aktivitas lalu lintas di jalan tersebut.

Dijelaskan Sunanto pada Senin (14/5) selaku mandor, proyek perbaikan jalan ini sudah berjalan selama kurang lebih dua minggu. Perbaikan dimulai dari kawasan Karang Beteng, Delanggu dan akan terus berlanjut menuju arah Klaten Kota. “Memang sedikit mengganggu pengguna jalan, namun harap kemaklumannya, karena disini kami juga bekerja cepat mengejar waktu”, lanjutnya.
Perbaikan jalan ini dilakukan sebagai persiapan menjelang Lebaran 2012 yang jatuh pada bulan Agustus. “Target kami, akhir Juni proyek ini bisa selesai, sehingga pengguna jalan sudah bisa melintas dengan nyaman di jalan Solo-Jogja kawasan Kabupaten Klaten”, terangnya. (Paramita Puspitasari)

Minggu, 13 Mei 2012

Ricky Manufoe Roboh

Ricky Manufoe roboh melawan Een Nuryanto 
dalam partai kejuaran nasional kelas terbang (50,81kg)
Solo Super Fight di Diamond Convention Center, Minggu (13/05) malam
Media Nusantara, SOLO - Ricky Manufoe yang merupakan juara nasional kelas terbang versi Federasi Tinju Indonesia (FTI) tumbang pada ronde sepuluh dalam Solo Super Fight Kejuaraan Tinju Profesional di Diamon Convention Center, Minggu (13/05/2012) malam. KO-nya Ricky ini membuat lawannya, Een Nuryanto, menjuarai partai kejuaraan nasional kelas terbang (50,81kg).
Petinju asal Solo dari Bambang Riyanto Boxing Gym itu roboh setelah lonceng usainya ronde sembilan dibunyikan. Ricky bahkan tidak mampu kembali ke sudut ringnya. Ia tidak dapat melanjutkan ronde sepuluh dan akhirnya Een, petinju dari Mirah Boxing Camp Bali, membawa pulang sabuk juara nasional kelas terbang versi Asosiaso Tinju Indonesia (ATI). Ricky dibawa keluar ring dan dilarikan ke rumah sakit.
Berdasarkan peringkat versi ATI, sebenarnya Ricky berada satu tingkat di atas Een. Ricky Manufoe berada di peringkat satu nasional, sedangkan Een Nuryanto menyandang peringkat dua nasional versi ATI. (Nofian c.s)

Curug Silawe, Panorama Indah yang Jarang Terjamah

Objek wisata air terjun Curug Silawe yang masih asri di Magelang
Berbicara tentang objek pariwisata di Magelang, orang-orang pasti akan segera menyebut Candi Borobudur atau Gunung Merapi. Tetapi di Kabupaten Magelang juga terdapat objek wisata yang tak kalah menarik dari Candi dan Gunung, yaitu objek wisata air terjun Curug Silawe.

Dari Borobudur, perjalanan ke Curug Silawe ini dapat ditempuh sekitar 30 menit ke arah barat menuju ke Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran. Pemandangan sawah dan pohon-pohon pinus yang indah menyambut para pengunjung ketika memasuki Kecamatan Kajoran. Selain itu, di kanan dan kiri jalan juga terdapat berbagai macam pembibitan cabai dan juga buah papaya.
Dengan membayar tiket seharga Rp 2000, pengunjung dapat menikmati pemandangan air terjun yang berada di lembah Gunung Sumbing ini. Curug Silawe berasal dari kata “lawe” atau laba-laba, karena air terjun ini mempunyai ketinggian 50 meter. Berjarak sekitar 150 meter dari Curug Silawe, terdapat air terjun lain yang bernama Curug Sigong. Menurut pengelola, pada hari-hari biasa, air terjun Curug Silawe ini sepi pengunjung. Akses yang cukup sulit menjadi salah satu kendala menuju objek wisata ini.

“Pengunjung yang datang pada hari-hari biasa jumlahnya tidak banyak. Dan mereka pun kebanyakan berasal dari Magelang sendiri ataupun kota sekitar, seperti Wonosobo atau Jogjakarta. Apabila musim hujan, jumlah pengunjung juga berkurang,ujar Suroso, ketua pengelola Curug Silawe, saat ditemui Minggu (13/5/2012).

Objek wisata yang buka mulai pukul 09.00 – 17.00 WIB ini memang cukup sulit untuk diakses. Bahkan belum ada transportasi umum yang mencapai kawasan Curug Silawe ini. Pengunjung biasanya menggunakan transportasi pribadi, seperti motor atau mobil. Jika menggunakan mobil, para pengunjung harus melewati jalan menanjak yang masih berupa jalan trasah yang belum diaspal dengan berjalan kaki, karena jalan tersebut sempit dan menanjak, sehingga sulit ditempuh  dengan menggunakan mobil.

Kebanyakan yang berkunjung kesini menggunakan sepeda motor, karena jalan menuju Curug Silawe ini cukup sulit. Terkadang juga ada rombongan yang memakai truk untuk bisa mendekati lokasi ini,imbuh Suroso.

Meskipun Curug Silawe memiliki keterbatasan akses, tetapi objek wisata air terjun ini memiliki pemandangan yang sangat indah, suasana sejuk dan terdapat area pohon-pohon pinus disekitarnya yang menampilkan pesona alam yang elok. Di tempat ini, pengunjung juga bisa bersantai di batu-batu besar di sekitar kolam yang terbentuk dari air di atas tebing. Keasrian tempat ini masih terjaga dengan baik. Di hutan seberang Curug Silawe, juga merupakan tempat konservasi Elang Jawa. (Riana Rahmawaty)

Voca Erudita akan Konser “Suara Budaya Indonesia” di Perancis

Media Nusantara, SOLO – Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Voca Erudita akan konser di Perancis, pada tanggal 25 Mei - 2 Juni 2012 mendatang dalam rangka misi budaya “Suara Budaya Indonesia”. Hal ini disampaikan Ketua Pemberangkatan PSM UNS ke Perancis, Ardian Dika Adhyatama, di sela-sela galang dana di Solo Grand Mall, Minggu siang (13/5).
Dika mengatakan, PSM Voca Erudita mendapat undangan dari salah satu universitas yang bekerjasama dengan UNS, Universitas La Rochelle, Perancis. Selain itu juga akan konser di Universitas Bordeaux, di Aitre, serta di Vieux Port. “Kami mendapat undangan untuk tampil di hadapan masyarakat Perancis. Untuk di La Rochelle, Bordeaux, dan Vieux Port kami akan konser sendiri. Untuk di Aitre, kami akan kolaborasi dengan paduan suara disana,” katanya.


Demi menampilkan performa terbaik, PSM Voca Erudita telah mempersiapkan latihan secara intens sejak Oktober 2011 lalu. Setiap Senin-Jumat, paduan suara kebanggaan UNS ini rutin latihan vocal, latihan fisik, dan koreografi mulai dari pukul 18.00-20.00 WIB. Selain itu, setiap hari Sabtu dan Minggu siang, PSM Voca Erudita mengadakan galang dana secara rutin di lantai III Solo Grand Mall untuk mengumpulkan dana sekaligus mengasah mental tampil di hadapan publik.
Dalam konser nanti akan berangkat 25 penyayi, 1 konduktor, dan 1 pendamping. Sejumlah 13 lagu daerah  dari Sabang sampai Merauke juga telah disiapkan, diantaranya Keraben Sapi (Madura), Tokitifa (Maluku), Ondhel-ondhel (Betawi), Gundul Pacul (Jawa), dan Yamko Rambe Yamko (Papua). “Kami membawakan lagu daerah Indonesia, semua lagu menggunakan koreo dan aksen khas daerah masing-masing,” terangnya.
 
UNS sendiri memberikan dukungan penuh kepada PSM Voca Erudita serta turut membantu secara financial. Dika berharap Voca Erudita bisa tampil dengan baik sehingga meninggalkan kesan yang baik pula pada konser di Perancis nanti. Selain itu, mereka juga berharap bisa membawa nama baik Indonesia, terutama Kota Solo ke kancah internasional. (Elisabeth Anita)

COP Adakan Lomba Mewarnai Topeng Satwa

Fadila dan peserta lomba mewarnai begitu serius mewarnai topeng satwanya, Sabtu (13/5)
Media Nusantara, SOLO - Sebanyak 30 anak usia dini dan taman kanak-kanak mengikuti lomba mewarnai topeng satwa yang digelar Centre for Orangutan Protection (COP) di Solo Grand Mall (SGM), Solo, Minggu (13/05/2012).
Lomba mewarnai topeng satwa bertajuk “Sayangi Satwa Liar” merupakan salah satu rangkaian acara COP untuk mengkampanyekan pelestarian dan penyelamatan satwa liar khususnya orangutan, sejak Sabtu (12/05/2012).

Koordinator pameran dari COP, Daniek Hendarto, menjelaskan, “Tujuan kegiatan ini sebenarnya untuk mengenalkan lebih dekat tentang satwa liar khususnya orangutan, bahwa orang kota pun harus kenal orangutan untuk disayang.”
Para peserta tampak antusias mewarnai topeng satwa masing-masing. Fadila Azahra (5) salah satunya, tampak begitu konsentrasi dalam memilih warna untuk topeng monyetnya. “Biasanya aku ikut lomba mewarnai gambar biasa, ini sekarang aku mewarnai topeng binatang jadinya unik,” ungkap Fadila, sambil mewarnai topengnya, Minggu (13/05/2012).

Selain kegiatan mewarnai, COP juga melakukan pengenalan satwa liar kepada anak-anak melalui dongeng dan pemutaran film tentang orangutan di akhir lomba siang itu. (Triyani)

Blangkon, Sederhana dan Penuh Filosofi

Blangkon merupakan bagian dari busana tradisional Jawa yang dipakai oleh kaum pria di kepala dan biasanya bermotif seperti batik. Blangkon pada prinsipnya terbuat dari kain ikat atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar. Ukurannya kira-kira selebar 105 cm x 105 cm, ukuran blangkon diambil dari jarak antara garis dari telinga kanan dan kiri melalui dahi. Penggunaan blangkon hanya terbatas pada saat-saat tertentu saja, seperti acara pernikahan, acara adat, dan acara syukuran Jawa.

Salah satu sudut Sentra Pengrajin Blangkon Serenga , Sabtu (12/5)
Wilayah Serengan yang terletak di bagian selatan Kota Solo itu sehari-hari menjadi salah satu sentra pengrajin blangkon. Pada sekitar tahun 1960-an di sana hanya terdapat tiga pengrajin yaitu Bapak Kaswanto, Juni, dan Wiyono. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, usaha blangkon berkembang hingga saat ini mencapai 13 pengrajin yang tergabung dalam Paguyuban Pengrajin Blangkon Solo (PPBS).

Ketua PPBS, Ananto menjelaskan dua jenis blangkon, yaitu blangkon Yogyakarta dan blangkon Solo. “Blangkon Yogyakarta sendiri itu menggunakan mondholan, yaitu tonjolan pada bagian belakang blangkon yang berbentuk seperti kue onde-onde. Kalau blangkon Solo itu modelnya trepes,” jelas Ananto

Mondholan pada blangkon Yogyakarta menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon. “Hal itu kemudian menjadikan salah satu filosofi masyarakat jawa yang pandai menyimpan rahasia, tidak suka membuka aib orang lain atau diri sendiri karena ia akan serapat mungkin dan dalam bertutur kata dan bertingkah laku,” terang Ananto.

Blangkon Solo merupakan modifikasi dari gaya Yogyakarta yang muncul karena kebanyakan pria sekarang berambut pendek. Model trepes ini dibuat dengan cara menjahit langsung mondholan pada bagian belakang blangkon. “Tidak adanya tonjolan hanya diikatkan jadi satu dengat mengikatkan dua pucuk helai di kanan dan kirinya, ini artinya bahwa untuk menyatukan satu tujuan dalam pemikiran yang lurus adalah dua kalimat syahadat yang harus melekat erat dalam pikiran orang jawa,” kata Ananto.
­­­

Melihat dari segi budaya, blangkon masih akan tetap terus lestari seiring dengan lestarinya pakaian adat jawa. Namun, karena sifat industri blangkon ini adalah home industry, permodalan masih menjadi kendalanya. Para pengrajin blangkon berharap pemerintah memberikan dukungan di sektor permodalan agar mereka dapat terus memproduksi blangkon sebagai aset seni dan budaya yang harus dijaga keeksistensiannya. ( Delly Sandika Putra)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More