PAMERAN FOTO: Pengunjung mengamati sejumlah foto orang hutan dalam pameran yang digelar Centre for Orangutan Protection di Solo Grand Mall (SGM), Solo, Sabtu (12/5/2012).(14/5).

CETAK MURI: Lukisan kaligrafi berbahan dasar pelepah pisang sepanjang 720 meter karya 700 murid-murid SMK 2 Semarang, berhasil cetak rekor baru di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Sabtu (12/5) pagi.

Warga Babakan Padik, Desa Sukanegara, Kecamatan Muncang, Kabupaten. Lebak, Banten, Senin (14/5), menyebrang jembatan Sungai Cilaki yang sudah rusak dan lapuk.

Senin, 14 Mei 2012

Mempertahankan Nilai dengan Dolanan

Ketua Komunitas Pojok Budaya Wahyudi Anggoro
Bantul - Wahyudi Anggoro sadar betul akan potensi yang dimiliki oleh desa tempat tinggalnya. Untuk itu bersama komunitas Pojok Budaya yang didirikan bersama rekan-rekannya, ia berusaha mengembangkan potensi yang telah dimiliki Kampung Pandes, Panggungharjo, Bantul yang telah menyandang predikat sebagai “Kampung Dolanan”.
Kampung Pandes adalah kampung yang dikenal banyak orang lantaran konsistensi warganya melestarikan dan selalu menjaga mainan tradisional, yang yang berwujud bendawi atau permainan dengan olah tubuh. Kampung ini dianggap unik lantaran pada masa sekarang ini sangat sulit dijumpai kampung semacam ini. Meski harus dengan usaha keras dan ketekunan, nyatanya eksistensi Kampung Dolanan tetap menjadi prioritas Wahyudi Anggoro. “Kalau sekarang orang mengenal kampung ini, kemudian ingin mengunjunginya, itu bukan tanpa perjuangan sebelumnya. Kami berusaha mempromosikan kampung ini lewat berbagai cara termasuk media massa,” terangnya, saat ditemui Senin (14/05/2012).
Melalui berbagai kegiatan dan program kerja yang dijalankan bersama komunitas Pojok Budaya, ia ingin memberitahukan pada semua orang bahwa setiap permainan tradisional nyatanya memiliki filosofi, makna, dan nilai-nilai di dalamnya, yang baik untuk ditularkan kepada khalayak. “Permainan ini mungkin akan punah puluhan tahun lagi, namun apabila kita telah menularkan dan menanankan nilai-nilai dari permainan itu pada orang banyak, inilah sebenarnya cara kita untuk tetap mengabadikan permainan tradisional”, terang pria 42 tahun ini.

Saat ditanya mengapa ia begitu tertarik dengan permainan tradisional, maka dengan tegas ia menjawab karena permainan terdisional bisa memberikan suatu pengajaran tanpa perlu yang bersangkutan merasa diajari. “Dalam permainan tradisional itu ada 3 aspek penting yang tak terpisahkan dan harus ada, yakni wiraga (gerak tubuh), wirama (irama dari nyanyian pemainnya) dan wirasa (persaan senang sert gembira), kesatuan itulah yang membuat permainan tradisional bukan sekedar dolanan pelepas penat,” lanjutnya.

Bentuk lain dari usaha pelestariannya adalah ia membuat sebuah redesign dari permainan-permainan tradisional tersebut.Kalau dibuat kitiran atau kurungan manuk biasa, mainan ini hanya dihargai Rp 1000 maka dengan dibuat muniaturnya, kemudian kita jual sebagai souvenir, maka harganya bisa menjadi Rp 7.000,” lanjutnya. (Paramita Puspitasari)

Jelang Lebaran, Jalan Raya di Klaten Diperbaiki

Cepat-para pekerja bekerja cepat agar proyek selesai tepat waktu (14/05/2012)
Media Nusantara, Klaten- Melewati jalan Solo-Jogja km 25, tepatnya di kawasan Besole, Ceper, kabupaten Klaten, agaknya para pengguna jalan harus berhati-hati lantaran sedang dilakukan perbaikan jalan. Perbaikan ini cukup membuat kemacetan panjang lantaran padatnya aktivitas lalu lintas di jalan tersebut.

Dijelaskan Sunanto pada Senin (14/5) selaku mandor, proyek perbaikan jalan ini sudah berjalan selama kurang lebih dua minggu. Perbaikan dimulai dari kawasan Karang Beteng, Delanggu dan akan terus berlanjut menuju arah Klaten Kota. “Memang sedikit mengganggu pengguna jalan, namun harap kemaklumannya, karena disini kami juga bekerja cepat mengejar waktu”, lanjutnya.
Perbaikan jalan ini dilakukan sebagai persiapan menjelang Lebaran 2012 yang jatuh pada bulan Agustus. “Target kami, akhir Juni proyek ini bisa selesai, sehingga pengguna jalan sudah bisa melintas dengan nyaman di jalan Solo-Jogja kawasan Kabupaten Klaten”, terangnya. (Paramita Puspitasari)

Minggu, 13 Mei 2012

Ricky Manufoe Roboh

Ricky Manufoe roboh melawan Een Nuryanto 
dalam partai kejuaran nasional kelas terbang (50,81kg)
Solo Super Fight di Diamond Convention Center, Minggu (13/05) malam
Media Nusantara, SOLO - Ricky Manufoe yang merupakan juara nasional kelas terbang versi Federasi Tinju Indonesia (FTI) tumbang pada ronde sepuluh dalam Solo Super Fight Kejuaraan Tinju Profesional di Diamon Convention Center, Minggu (13/05/2012) malam. KO-nya Ricky ini membuat lawannya, Een Nuryanto, menjuarai partai kejuaraan nasional kelas terbang (50,81kg).
Petinju asal Solo dari Bambang Riyanto Boxing Gym itu roboh setelah lonceng usainya ronde sembilan dibunyikan. Ricky bahkan tidak mampu kembali ke sudut ringnya. Ia tidak dapat melanjutkan ronde sepuluh dan akhirnya Een, petinju dari Mirah Boxing Camp Bali, membawa pulang sabuk juara nasional kelas terbang versi Asosiaso Tinju Indonesia (ATI). Ricky dibawa keluar ring dan dilarikan ke rumah sakit.
Berdasarkan peringkat versi ATI, sebenarnya Ricky berada satu tingkat di atas Een. Ricky Manufoe berada di peringkat satu nasional, sedangkan Een Nuryanto menyandang peringkat dua nasional versi ATI. (Nofian c.s)

Curug Silawe, Panorama Indah yang Jarang Terjamah

Objek wisata air terjun Curug Silawe yang masih asri di Magelang
Berbicara tentang objek pariwisata di Magelang, orang-orang pasti akan segera menyebut Candi Borobudur atau Gunung Merapi. Tetapi di Kabupaten Magelang juga terdapat objek wisata yang tak kalah menarik dari Candi dan Gunung, yaitu objek wisata air terjun Curug Silawe.

Dari Borobudur, perjalanan ke Curug Silawe ini dapat ditempuh sekitar 30 menit ke arah barat menuju ke Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran. Pemandangan sawah dan pohon-pohon pinus yang indah menyambut para pengunjung ketika memasuki Kecamatan Kajoran. Selain itu, di kanan dan kiri jalan juga terdapat berbagai macam pembibitan cabai dan juga buah papaya.
Dengan membayar tiket seharga Rp 2000, pengunjung dapat menikmati pemandangan air terjun yang berada di lembah Gunung Sumbing ini. Curug Silawe berasal dari kata “lawe” atau laba-laba, karena air terjun ini mempunyai ketinggian 50 meter. Berjarak sekitar 150 meter dari Curug Silawe, terdapat air terjun lain yang bernama Curug Sigong. Menurut pengelola, pada hari-hari biasa, air terjun Curug Silawe ini sepi pengunjung. Akses yang cukup sulit menjadi salah satu kendala menuju objek wisata ini.

“Pengunjung yang datang pada hari-hari biasa jumlahnya tidak banyak. Dan mereka pun kebanyakan berasal dari Magelang sendiri ataupun kota sekitar, seperti Wonosobo atau Jogjakarta. Apabila musim hujan, jumlah pengunjung juga berkurang,ujar Suroso, ketua pengelola Curug Silawe, saat ditemui Minggu (13/5/2012).

Objek wisata yang buka mulai pukul 09.00 – 17.00 WIB ini memang cukup sulit untuk diakses. Bahkan belum ada transportasi umum yang mencapai kawasan Curug Silawe ini. Pengunjung biasanya menggunakan transportasi pribadi, seperti motor atau mobil. Jika menggunakan mobil, para pengunjung harus melewati jalan menanjak yang masih berupa jalan trasah yang belum diaspal dengan berjalan kaki, karena jalan tersebut sempit dan menanjak, sehingga sulit ditempuh  dengan menggunakan mobil.

Kebanyakan yang berkunjung kesini menggunakan sepeda motor, karena jalan menuju Curug Silawe ini cukup sulit. Terkadang juga ada rombongan yang memakai truk untuk bisa mendekati lokasi ini,imbuh Suroso.

Meskipun Curug Silawe memiliki keterbatasan akses, tetapi objek wisata air terjun ini memiliki pemandangan yang sangat indah, suasana sejuk dan terdapat area pohon-pohon pinus disekitarnya yang menampilkan pesona alam yang elok. Di tempat ini, pengunjung juga bisa bersantai di batu-batu besar di sekitar kolam yang terbentuk dari air di atas tebing. Keasrian tempat ini masih terjaga dengan baik. Di hutan seberang Curug Silawe, juga merupakan tempat konservasi Elang Jawa. (Riana Rahmawaty)

Voca Erudita akan Konser “Suara Budaya Indonesia” di Perancis

Media Nusantara, SOLO – Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Voca Erudita akan konser di Perancis, pada tanggal 25 Mei - 2 Juni 2012 mendatang dalam rangka misi budaya “Suara Budaya Indonesia”. Hal ini disampaikan Ketua Pemberangkatan PSM UNS ke Perancis, Ardian Dika Adhyatama, di sela-sela galang dana di Solo Grand Mall, Minggu siang (13/5).
Dika mengatakan, PSM Voca Erudita mendapat undangan dari salah satu universitas yang bekerjasama dengan UNS, Universitas La Rochelle, Perancis. Selain itu juga akan konser di Universitas Bordeaux, di Aitre, serta di Vieux Port. “Kami mendapat undangan untuk tampil di hadapan masyarakat Perancis. Untuk di La Rochelle, Bordeaux, dan Vieux Port kami akan konser sendiri. Untuk di Aitre, kami akan kolaborasi dengan paduan suara disana,” katanya.


Demi menampilkan performa terbaik, PSM Voca Erudita telah mempersiapkan latihan secara intens sejak Oktober 2011 lalu. Setiap Senin-Jumat, paduan suara kebanggaan UNS ini rutin latihan vocal, latihan fisik, dan koreografi mulai dari pukul 18.00-20.00 WIB. Selain itu, setiap hari Sabtu dan Minggu siang, PSM Voca Erudita mengadakan galang dana secara rutin di lantai III Solo Grand Mall untuk mengumpulkan dana sekaligus mengasah mental tampil di hadapan publik.
Dalam konser nanti akan berangkat 25 penyayi, 1 konduktor, dan 1 pendamping. Sejumlah 13 lagu daerah  dari Sabang sampai Merauke juga telah disiapkan, diantaranya Keraben Sapi (Madura), Tokitifa (Maluku), Ondhel-ondhel (Betawi), Gundul Pacul (Jawa), dan Yamko Rambe Yamko (Papua). “Kami membawakan lagu daerah Indonesia, semua lagu menggunakan koreo dan aksen khas daerah masing-masing,” terangnya.
 
UNS sendiri memberikan dukungan penuh kepada PSM Voca Erudita serta turut membantu secara financial. Dika berharap Voca Erudita bisa tampil dengan baik sehingga meninggalkan kesan yang baik pula pada konser di Perancis nanti. Selain itu, mereka juga berharap bisa membawa nama baik Indonesia, terutama Kota Solo ke kancah internasional. (Elisabeth Anita)

COP Adakan Lomba Mewarnai Topeng Satwa

Fadila dan peserta lomba mewarnai begitu serius mewarnai topeng satwanya, Sabtu (13/5)
Media Nusantara, SOLO - Sebanyak 30 anak usia dini dan taman kanak-kanak mengikuti lomba mewarnai topeng satwa yang digelar Centre for Orangutan Protection (COP) di Solo Grand Mall (SGM), Solo, Minggu (13/05/2012).
Lomba mewarnai topeng satwa bertajuk “Sayangi Satwa Liar” merupakan salah satu rangkaian acara COP untuk mengkampanyekan pelestarian dan penyelamatan satwa liar khususnya orangutan, sejak Sabtu (12/05/2012).

Koordinator pameran dari COP, Daniek Hendarto, menjelaskan, “Tujuan kegiatan ini sebenarnya untuk mengenalkan lebih dekat tentang satwa liar khususnya orangutan, bahwa orang kota pun harus kenal orangutan untuk disayang.”
Para peserta tampak antusias mewarnai topeng satwa masing-masing. Fadila Azahra (5) salah satunya, tampak begitu konsentrasi dalam memilih warna untuk topeng monyetnya. “Biasanya aku ikut lomba mewarnai gambar biasa, ini sekarang aku mewarnai topeng binatang jadinya unik,” ungkap Fadila, sambil mewarnai topengnya, Minggu (13/05/2012).

Selain kegiatan mewarnai, COP juga melakukan pengenalan satwa liar kepada anak-anak melalui dongeng dan pemutaran film tentang orangutan di akhir lomba siang itu. (Triyani)

Blangkon, Sederhana dan Penuh Filosofi

Blangkon merupakan bagian dari busana tradisional Jawa yang dipakai oleh kaum pria di kepala dan biasanya bermotif seperti batik. Blangkon pada prinsipnya terbuat dari kain ikat atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar. Ukurannya kira-kira selebar 105 cm x 105 cm, ukuran blangkon diambil dari jarak antara garis dari telinga kanan dan kiri melalui dahi. Penggunaan blangkon hanya terbatas pada saat-saat tertentu saja, seperti acara pernikahan, acara adat, dan acara syukuran Jawa.

Salah satu sudut Sentra Pengrajin Blangkon Serenga , Sabtu (12/5)
Wilayah Serengan yang terletak di bagian selatan Kota Solo itu sehari-hari menjadi salah satu sentra pengrajin blangkon. Pada sekitar tahun 1960-an di sana hanya terdapat tiga pengrajin yaitu Bapak Kaswanto, Juni, dan Wiyono. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, usaha blangkon berkembang hingga saat ini mencapai 13 pengrajin yang tergabung dalam Paguyuban Pengrajin Blangkon Solo (PPBS).

Ketua PPBS, Ananto menjelaskan dua jenis blangkon, yaitu blangkon Yogyakarta dan blangkon Solo. “Blangkon Yogyakarta sendiri itu menggunakan mondholan, yaitu tonjolan pada bagian belakang blangkon yang berbentuk seperti kue onde-onde. Kalau blangkon Solo itu modelnya trepes,” jelas Ananto

Mondholan pada blangkon Yogyakarta menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon. “Hal itu kemudian menjadikan salah satu filosofi masyarakat jawa yang pandai menyimpan rahasia, tidak suka membuka aib orang lain atau diri sendiri karena ia akan serapat mungkin dan dalam bertutur kata dan bertingkah laku,” terang Ananto.

Blangkon Solo merupakan modifikasi dari gaya Yogyakarta yang muncul karena kebanyakan pria sekarang berambut pendek. Model trepes ini dibuat dengan cara menjahit langsung mondholan pada bagian belakang blangkon. “Tidak adanya tonjolan hanya diikatkan jadi satu dengat mengikatkan dua pucuk helai di kanan dan kirinya, ini artinya bahwa untuk menyatukan satu tujuan dalam pemikiran yang lurus adalah dua kalimat syahadat yang harus melekat erat dalam pikiran orang jawa,” kata Ananto.
­­­

Melihat dari segi budaya, blangkon masih akan tetap terus lestari seiring dengan lestarinya pakaian adat jawa. Namun, karena sifat industri blangkon ini adalah home industry, permodalan masih menjadi kendalanya. Para pengrajin blangkon berharap pemerintah memberikan dukungan di sektor permodalan agar mereka dapat terus memproduksi blangkon sebagai aset seni dan budaya yang harus dijaga keeksistensiannya. ( Delly Sandika Putra)

Tragedi Sukhoi, Warga Solo ikut Berduka

Sejumlah warga Solo membubuhkan tanda tangan dalam aksi solidaritas
untuk para korban sukhoi di CFD Slamet Riyadi Solo, Minggu (13/5)
Media Nusantara, SOLO – Sejumlah orang yang mendatangi Car Free Day (CFD) di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Solo ikut berpartisipasi dalam aksi solidarism untuk para korban Pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang jatuh di Gunung Salak Hari Rabu (9/5), kemarin. 

Aksi ini ditandai dengan membubuhkan tanda tangan di bentangan kain putih yang berada di jalan sebagai aksi solidaritas. “Kita semua warga solo ikut berduka atas tragedy jatuhnya pesawat sukhoi yang terjadi pada Rabu lalu, aksi ini dilakukan untuk mewujudkan empati kita sebagai warga Solo, ungkap Mayor Haristanto sebagai penyelenggara aksi solidaritas ini saat ditemui di CFD, Minggu pagi (13/5).

Mayor Haristanto menambahkan ada sebanyak 500 orang yang membubuhkan tanda tangannya di bentangan kain putih berukuran 3x4 meter. Hal ini untuk membuktikan bahwa Kota Solo merupakan kota yang ramah dan peduli terhadap penderitaan sesama. “Saya ingin menunjukkan bahwa Solo merupakan kota yang peduli serta peka terhadap sesama. Apabila ada yang sedang berduka kita juga ikut merasakannya,” katanya.
Selain aksi membubuhkan tanda tangan, Mayor haristanto juga mengadakan doa bersama untuk para korban pesawat sukhoi yang melibatkan anak- anak Sekolah Dasar (SD). Doa bersama yang diselenggarakan di sekolah ini dilakukan untuk mengajari mereka tentang arti solidaritas terhadap sesama dan mengetahui kepekaan mereka terhadap orang-orang yang sedang mengalami kesedihan di sekelilingnya.

Bercermin dari tragedi sukhoi ini, Mayor Haristanto berharap semoga sistem penerbangan di Indonesia akan lebih berhati-hati serta lebih teliti dalam menggunakan armadanya untuk keselamatan para penumpang dan awak pesawat. (Ridha Karunia)

Sabtu, 12 Mei 2012

Tarian Karno Tanding Semarakkan Mangkunegaran Perfoming Art 2012

Tarian Beksan Karno Tanding yang diperagakan oleh sejumlah penari dari sanggar tari Soerya Soemirat dalam Mangkunegaran Perfoming Art 2012, menceritakan kisah Mahabarata episode perang tanding antara Arjuna dari Pandawa dan Senopati Karno dari Kurawa, Sabtu (12/5).
Dua kesatria berwajah tampan berlaga di medan perang, saling berhadap-hadapan dengan memegang senjata andalan masing-masing. Perang ini terjadi antara Karna dengan Arjuna, hingga akhirnya Karna gugur di medan perang. Inilah sedikit gambaran Beksan Karno Tanding yang ditampilkan dalam Mangkunegaran Perfoming Art 2012 hari kedua, Sabtu (12/5) malam di Pendapa Ageng Pura Mengkunegaran. 

Mangkunegaran Perfoming Art merupakan acara yang rutin digelar setahun sekali sejak tahun 2009. Mangkunegaran Perfoming Art  2012 diselenggarakan selama dua hari berturut- turut 11-12 Meri 2012 yang dimeriahkan oleh 206 penari dengan 11 macam tarian. “Semua tarian yang ditampilkan dalam Mangkunegaran Perfoming Art merupakan tarian klasik Jawa dan kontemporer yang berakar dari kesenian dan budaya tradisi Mangkunegaran,” ungkap Herwanto Kusumo salah satu pengageng ngarso budaya saat ditemui Sabtu (12/5) malam. 

Keberadaan tarian atau beksan dalam budaya Jawa hampir tidak dapat dilepaskan. Tarian yang ditampilkan dalam Mangkunegaran Perfoming Art tahun ini diantaranya Beksan Gambyong Retno Kusumo, Beksan Golek Montro, Beksan Wireng Bandabaya, Beksan Srikandi Larasati, Beksan Wiropratomo, dan Beksan Puspito Retno.

Herwanto mengatakan, Mangkunegaran Perfoming Art digagas oleh Pemerintah Kota Solo yang dipimpin Joko Widodo utuk mengangkat kesenian Mangkunegaran. “Pertunjukan ini sendiri mengangkat apa yang sudah ada dalam Mangkunegaran seperti adat istiadat, karawitan, tembang serta bermanfaat untuk menggali tari- tari yang sudah lama agar dapat dikenal lagi oleh masyarakat luas khususnya tari Beksan Karno Tanding,” katanya.

Beksan (tarian Jawa-red) pada awal kemunculannya selain digunakan untuk acara ritual juga sebagai bahasa non-verbal untuk sebuah pesan cerita. Beksan Karno Tanding sebenarnya sebagai pelengkap ritual agama Hindhu, tarian ini juga merupakan hiburan yang mengambil cerita dari kisah Mahabarata.

Herwanto mengatakan pertunjukan ini diselenggarakan untuk melestarikan budaya bangsa yang sekarang ini hampir bergeser oleh budaya barat. Untuk tetap mempertahannya harus dilestarikan misal salah satunya dengan sering mengadakan pertunjukan tari setiap setahun sekali. Seperti tari Beksan Karno Tanding ini yang diambil dari Kisah Mahabarata untuk lebih memeperkenalkan sejarah perkembangannya pada zaman dahulu agar para generasi muda. (Ridha Karunia)

Alkid, Alternatif Tempat Nongkrong Warga Solo

Becak Hias, salah satu permainan di Alun-alun Kidul, Keraton Kasunanan Surakarta yang ramai diserbu warga, Sabtu (12/5).
Kehadiran alun-alun sudah ada sejak jaman prakolonial. Dahulu, kawasan Alun-alun Selatan atau Alun-alun Kidul memang identik dengan kawasan praktik prostitusi. Kawasan Alun-alun Kidul yang sering disebut Alkid ini, kini justru menjadi salah satu tempat nongkrong favorit di Solo. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, selalu memadati kawasan ini setiap hari sejak sore hingga malam. Hanya ingin bersantai, mengobrol dengan teman, berpacaran atau wisata kuliner, bisa dilakukan di Alun-alun Kidul.
Ada banyak pedagang makanan di selatan Keraton Kasusunanan Surakarta ini, seperti bakso bakar, wedangan, wedang ronde, serta kerak telor. Selain itu, terdapat sejumlah permainan menarik yang dapat dinikmati, seperti becak hias, kereta mini, motocross anak, mandi bola dan odong-odong.

Pemandangan menarik terlihat dari becak berhias lampu warna-warni yang meramaikan suasana Alun-alun Kidul di malam hari. Harga sewa sebuah becak hias ini hanya Rp 10.000 per satu kali putaran. Salah satu pengusaha becak hias di Alun-alun Kidul, Ryan (32), sudah delapan bulan menjajakan becak hias setiap harinya. “Kalau tidak turun hujan, di sini (Alun-alun Kidul -red) rame terus apalagi hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Saya bisa dapat hasil lebih dari Rp 500.000 setiap malam bila sedang ramai,” tuturnya saat ditemui di Alun-alun Kidul, Sabtu malam (12/5/2012).

Penjual bakso bakar paling mudah dijumpai di kawasan ini, ada lebih dari 30 penjual bakso bakar yang berjualan setiap harinya mulai pukul 15.00 - 22.00 WIB. Misalnya saja, penjual bakso bakar, Broto, bisa menjual hingga 100 tusuk bakso setiap harinya di Alun-alun Kidul. “Saya baru jualan dua bulan, asal gak hujan, di sini dari sore sampai malam rame terus, dagangan saya juga laku,” kata Broto.

Salah seorang pengunjung, Laurensius Trikuncoro selalu datang ke Alun-alun Kidul seminggu sekali bersama teman-temannya. “Saya sering ke Alkid, banyak jajanannya harga juga murah, jadi enak buat ngumpul bareng teman-teman,” katanya.

Kawasan Alun-alun Kidul kini telah menjadi ruang terbuka bagi masyarakat Solo. Banyaknya penjual makanan serta permainan yang ada menjadikanya tempat nongkrong pilihan bagi warga Solo. Selain itu, keberadaannya kini juga berperan mendorong sektor ekonomi kerakyatan nonformal di kawasan Selatan Kota Solo. (Elisabeth Anita)

Menilik Kehidupan Beragama

KERUKUNAN UMAT–Warga melintas di depan bangunan Masjid Al Hikmah dan GKJ Joyodiningratan di Serengan, Solo, Rabu (6/7/2011). Kedua bangunan tersebut telah diusulkan untuk menjadi bangunan cagar budaya karena telah berusia lebih dari 50 tahun dan mempunyai nilai historis sebagai simbol kerukunan umat beragama.
Enam puluh Lima tahun masih tetap berdampingan dan itu bukan waktu yang sebentar. Sekitar selama itu pula, umat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al Hikmah yang berada di kawasan Serengan, Solo, hidup berdampingan dengan rukun. Belum pernah ada konflik agama apapun antara mereka.
"Untuk mengantisipasi konflik beragama, senjata kami hanya satu. Komunikasi. Komunikasi informal antar pengurus selalu kami lakukan jika ada konflik beragama yang terjadi di daerah lain,” ujar Nunung Istiningdya, Pendeta GKJ Joyodinigratan saat ditemui di tempat tinggalnya, Sabtu (12/05/2012).Kerukunan beragama yang mereka jalani selama ini dilakukan dengan saling menghargai satu sama lain imbuhnya.

“Supaya saudara kita yang Kristen tenang dan khusyuk mengikuti kebaktian,” kata Takmir Masjid Al Hikmah, Muhamad Nasir Abu Bakar di kediamannya, Sabtu (12/05/2012).

"Dulu waktu penasbihan saya menjadi pendeta (GKJ Joyodiningratan-red) bertepatan dengan waktu solat. Pihak gereja meminta agar pihak masjid mengecilkan suara azan, tapi ternyata saat azan, pihak masjid malah tidak menggunakan pengeras suara untuk menghormati kami," terang Pendeta Nunung.

Sejarahnya, GKJ Joyodiningratan didirikan di daerah Danukusuman, Solo tahun 1929. Namun karena gereja tersebut sudah tidak mampu lagi menampung jumlah jemaat akhirnya gereja dipindahkan tahun 1939 di tanah yang dibeli gereja dari H.Zaini, di lokasi sekarang berdiri. Padahal saat membeli tanah itu, pihak gereja sudah mengetahui jika nantinya di bagian utaranya akan didirikan mushola.

”Ketika masjid mau ditingkat, kami menyampaikan dan minta izin ke pihak gereja. Begitu juga sebaliknya, saat gereja mau ditingkat mereka datang dan minta izin ke sini,” cerita Muhammad Nasir. Di bagian depan, diantara bangunan masjid dan gereja terdapat sebuah tugu lilin. Menurut Muhammad Nasir dan Pendeta Nunung, tugu lilin itu menjadi simbol bagi mereka dan warga untuk tetap menjaga kerukunan. Mereka juga berharap bahwa kerukunan ini akan terjaga selama-lamanya. (nofian c.s)

UNY Kembali Gelar Pameran Buku

Media Nusantara,Yogyakarta - Setelah sukses dengan pameran buku Islamic Book Fair setahun yang lalu, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)  kembali mengadakan acara serupa. Dalam menyambut Dies Natalis yang ke-48, kali ini UNY mengadakan festival buku dan pendidikan. Festival ini bertajuk Edu & Book Fest Enter the Smart World yang diselenggarakan selama seminggu di Gelanggang Olah Raga (GOR) UNY.
Pengunjung tengah sibuk membeli buku pameran
Dalam Edu & Book Fest Enter the Smart World yang berlangsung pada tanggal 8-14 Mei 2012 ini, terdapat 65 stand yang memenuhi area GOR. Selain stand-stand dari penerbit buku, terdapat beberapa stand dari fakultas di UNY yang turut berpartisipasi. Selain itu, juga dapat kita jumpai berbagai stand untuk bermacam-macam forum seperti Entrepreneur forum, Photography forum, Indie Movie forum, dan Parenting forum. Pihak panitia optimis festival kali ini dapat berjalan sesukses Islamic Book Fair tahun lalu.

“Panitia optimis acara ini akan mendapat pengunjung yang banyak, apalagi saat akhir pekan seperti ini.  Selain karena buku-bukunya,  kami juga memiliki acara pendukung lainnya yang cukup menarik,“ ujar Rahmat Nurcahyo, Panitia  Edu & Book Fest Enter the Smart World, saat dijumpai pada Sabtu (12/5) lalu.

Acara pendukung seperti Try Out Akbar SNMPTN, Parade Band SMA, dan bedah buku yang diadakan pada saat pembukaan Edu & Book Fest Enter the Smart World pada Selasa, (8/5/2012), menurut panitia mendapat respon yang cukup baik dari pengunjung dan masyarakat. Selain itu, para pengunjung juga disediakan berbagai macam doorprize yang menarik dari panitia. (Riana Rahmawaty)

Jumat, 11 Mei 2012

Gebyar Pembukaan Mangkunegaran Performing Art


Gebyar Mangkunegaran Performing Art:
Tari Golek Montro sebagai pembukaaan Mangkunegaran Performing Art , Jumat (11/5/2012)
Media Nusantara, SOLO - Acara budaya Mangkunegaran Performing Art 2012 resmi dibuka, Jumat (11/5), bertempat di Pura Mangkunegaran, Solo. 

Acara yang rencananya berlangsung selama dua hari tersebut terselenggara atas kerjasama pihak Pura Mangkunegaran dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta, dalam hal ini diwakili oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta.


Mangkunegaran Performing Art rutin diadakan setiap tahun. Pada hari pertama mementaskan tari Golek Montro, Wireng Bandabaya, Beksan Gambyong Retno Kusumo, Wireng Mandra Kusuma (Srikandi-Larasati) dan Wireng Wiropratomo. Kami berusaha menampilkan materi yang berbeda ditiap tahunnya. Pada tahun ini, yang diharapkan bisa lebih baik dari yang tahun lalu, kata Ketuia Panitia, GPH Herwasto Kusumo saat ditemui, Jumat malam (11/5).

Kemeriahan pembukaan Mangkunegaran Performing Art tampak dari jumlah penonton yang datang berduyun-duyun, bahkan rela berdesak-desakan untuk menyaksikan secara langsung acara ini. “Hal yang normal bila berdesak-desakan seperti ini, karena Solo sangat konsisten dalam menampikan event-event seni dan budaya, sehingga saya yang berasal dari luar kota pun juga sangat antusias,” ujar Marsudi (34), pengunjung asal Bantul.

Pergelaran Mangkunegaran Performing Art tahun ini semakin meriah dengan turut dibukanya stan-stan yang menawarkan kuliner. Para pengunjung dimanjakan oleh stan yang berada di sisi-sisi Pendapa Ageng itu menawarkan makanan-makanan khas Solo seperti nasi liwet, sate kere (sate sapi), gudeg, dan juga serabi. (Delly Sandika Putra)

PEMBURU BARANG ANTIK BAKAL DATANG KE SOLO

Beberapa barang antik yang diperlihatkan di pasar Windujenar untuk menarik minat para pengunjung. Segala macamnya dapat dijumpai disini.
Pemburu barang antik pasti akan datang ke kota Solo karena di Solo ada Pasar Windujenar yang terdapat banyak sekali barang antik. ”Seperti kain batik, uang dan koin kuno, cap batik, gramofon tua dari Eropa, wayang-wayang yang terlukis di papan kayu tua, sepeda dari tahun 1930an, hingga berbagai benda yang diklaim sebagai fosil makhluk purba dari Sangiran bisa ditemukan disini. Tidak ketinggalan pula lukisan-lukisan tua, lampu minyak, patung-patung Budha, hingga setrika arang”, jelas Bu Tono ketika ditanya barang apa saja dijual di Pasar Windujenar
Barang yang dijual  tidak semua barang yang benar-benar antik. Sebuah barang yang dikatakan penjualnya berusia ratusan tahun mungkin saja baru dibuat beberapa minggu lalu. Namun jika beruntung, kita bisa mendapatkan pusaka yang dulunya adalah milik kraton. Dan sampai sekarang, Pasar Windujenar juga masih melayani sistem barter. Kita bisa menukar koleksi kita dengan barang antik yang lain, tentu saja dengan negosiasi dan kesepakatan tentang nilai barang yang ingin dibarter.

“Kebanyakan yang datang ke pasar ini adalah wisatawan manca negara dan juga kolektor barang antik”, ucap Bu Tono salah satu penjual barang antik yang sudah bertahun tahun berjualan  di Pasar Windujenar ini yang telah direlokasi ini. Pasar Windujenar awalnya dikenal dengan sebutan Pasar Triwindu, karena setiap triwindu atau tiga windu sekali. Bila satu windu sama dengan delapan tahun, berarti pasar triwindu hanya digelar setiap 24 tahun sekali. Pasar ini berlokasi di Jalan Dipenogoro Kelurahan keprabon, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

“Pasar ini mulai buka  pukul  09.00-18.00 setiap harinya, tapi biasanya jam 16.00 sudah banyak toko yang sudah siap-siap menutup tokonya, dan malam hari biasanya digunakan untuk acara acara seni khususnya hari sabtu atau minggu”, jelas Bu Tono (45) sambil merapikan tokonya yang sudah mau tutup. (Kartika A)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More